Kamis, 17 September 2015

POLA PEWARISAN SIFAT DAN HUKUM MENDEL

W.S Sutton (1902 ) seorang ahli genetika Amerika, memberikan pemikiran tentang pola – pola penurunan sifat sebagai berikut :
  1. Jumlah kromosom sel sperma dan ovum adalah setengah dari jumlah kromosom sel tubuh
  2. Organisme baru hasil fertilisasi ovum oleh sperma mengandung dua perangkat kromosom ( diploid : 2n ) pada setiap sel.
  3. Dalam pembelahan meiosis kedua perangkat kromosom memisah secara bebas.
  4. Setelah melalui proses mitosis dan meiosis, bentuk dan identitas setiap kromosom adalah tetap.

Istilah-istilah dalam genetika
ISTILAH
PENGERTIAN
Gen
Penentu Sifat, merupakan substansi kimia yang disebut DNA. Sifat gen ditentukan oleh susunan macam baca nitrogen DNAnya
Lokus
Tempat gen dalam kromosomnya
Fenotip
Sifat gen yang dapat dikenal misalnya karena dapat dilihat, dikecap, dicium dsb
Genotip
Susunan gen dalam sel suatu individu. Tiap macam gen ditulis dengan simbolnya yang terdiri dari 1 macam huruf
Gen Homolog
Gen yang membawa sifat dari bagian tubuh yang sama dengan lokusnya bersesuaian
Alela
Pasangan gen homolog yang letaknya bersesuaian dengan sifat yang berlainan
Alela Ganda
Alel yang terdiri dari lebih dari dua anggota
Misalnya alel untuk golongan darah Iᴬ, Iᴮ dan Iᴼ. Tetapi berapapun anggota alel pada alela ganda, hanya ada dua saja yang ada dalam sel somatik
Hibridisasi
Pembastaran adalah perkawinan antara varietas dalam satu species
Gen Dominan
Gen yang menang pengaruhnya dari alelanya. Memakai symbol dengan huruf besar
Gen Resesif
Gen yang kalah pengaruhnya dari gen alelanya memakai symbol huruf kecil
Gen Intermediet
Gen yang kalah pengaruhnya sama kuat dengan alelanya. Bebas untuk menentukan mana yang akan memakai huruf besar asal alelanya memakai huruf yang sama tetapi huruf kecilnya.

Gregor Johan Mendel (1822 – 1884 ) disebut juga bapak genetika. Dalam percobaannya mendel menggunakan  tanaman kacang kapri atau ercis (Pisum Sativum) karena tanaman kacang kapri memiliki siklus hidup yang tidak lama, mudah disilangkan, memiliki bunga sempurna serta tidak memiliki  tujuh sifat yang mencolok

HUKUM MENDEL I (Segregasi Bebas)
‘’Ketika berlangsung pembentukan gamet pada individu, akan terjadi pemisahan alel secara bebas”
persilangan mnohibrid
Backcross adalah menyilangkan atau mengawinkan individu hasil hibrida ( F1 ) dengan salah satu induknya. Tujuannya untuk mengetahui genotipe induknya ( parental )
Contoh : sifat tinggi batang pada kacang kapri
persilangan backcros
TESTCROSS adalah menyilangkan individu F1 dengan salah satu induknya yang homozigot resesif, tujuannya untuk mengetahui apakah individu F1 itu homozigot ( galur murni ) atau heterozigot .
persilangan testcros
INTERMEDIAT adalah semidominan atau kodominan)adalah penyilangan dengan satu sifat beda, namun sifat dominan tidak mampu menutupi sifat resesif sehingga muncul sifat di antara keduanya.
persilangan intermediate
Keterangan : Warna  merah muda disebabkan oleh sifat M yang tidak dominan terhadap m, ataupun  sifat m yang tidak resesif  terhadap M, sifat demikian disebut intermediat.

HUKUM MENDEL  II (Hukum Asortasi atau Pengelompokkan Gen Secara Bebas)
“Pada saat pembentukan gamet, gen – gen sealel akan mengelompok secara bebas”
Picture1.png
Gamet – gamet dari BbKk (BK,Bk, bK, bk) dapat berpasangan secara bebas  (hukum mendel II) sehingga F2  dapat dianalisis dengan sistem papan catur ( Punnet Square ) seperti berikut :
Gamet
BK
Bk
bK
Bk
BK
BBKK 1
BBKk  2
BbKK   3
BbKk  4
Bk
BBKk  5
BBkk 6
BbKk 7
Bbkk 8
bK
BbKK 9
BbKk  10
bbKK  11
bbKk  12
bk
BbKk  13
Bbkk  14
bbKk  15
bbkk16
Rasio fenotipe F2 = bulat kuning : bulat  hijau : keriput kuning  :  keriput hijau
9          :      3             :          3                 :      1

Macam gamet, jumlah gamet, dan jumlah macam fenotip
Jumlah sifat beda
Macam gamet pada F1
           Jumlah macam ga pada F2
Macam fenotip pada F2
Perbandingan fenotipe pada F2
seluruhnya
homozigot
heterozigot
1
21 = 2
31= 3
21 = 2
3 – 2 = 1
21 = 2
 3 : 1
2
22 = 4
32= 9
22 = 4
9 – 4 = 5
22 = 4
9:3:3:1
3
23= 8
33= 27
23 = 8
27 – 8 = 19
23 = 8
27 : 9 : 9: 9 : 3 : 3 : 3 : 1
n
2n
3n
2n
3n – 2n
2n

 POLA PEWARISAN SIFAT DAN HUKUM MENDEL

W.S Sutton (1902 ) seorang ahli genetika Amerika, memberikan pemikiran tentang pola – pola penurunan sifat sebagai berikut :
  1. Jumlah kromosom sel sperma dan ovum adalah setengah dari jumlah kromosom sel tubuh
  2. Organisme baru hasil fertilisasi ovum oleh sperma mengandung dua perangkat kromosom ( diploid : 2n ) pada setiap sel.
  3. Dalam pembelahan meiosis kedua perangkat kromosom memisah secara bebas.
  4. Setelah melalui proses mitosis dan meiosis, bentuk dan identitas setiap kromosom adalah tetap.

Istilah-istilah dalam genetika
ISTILAH
PENGERTIAN
Gen
Penentu Sifat, merupakan substansi kimia yang disebut DNA. Sifat gen ditentukan oleh susunan macam baca nitrogen DNAnya
Lokus
Tempat gen dalam kromosomnya
Fenotip
Sifat gen yang dapat dikenal misalnya karena dapat dilihat, dikecap, dicium dsb
Genotip
Susunan gen dalam sel suatu individu. Tiap macam gen ditulis dengan simbolnya yang terdiri dari 1 macam huruf
Gen Homolog
Gen yang membawa sifat dari bagian tubuh yang sama dengan lokusnya bersesuaian
Alela
Pasangan gen homolog yang letaknya bersesuaian dengan sifat yang berlainan
Alela Ganda
Alel yang terdiri dari lebih dari dua anggota
Misalnya alel untuk golongan darah Iᴬ, Iᴮ dan Iᴼ. Tetapi berapapun anggota alel pada alela ganda, hanya ada dua saja yang ada dalam sel somatik
Hibridisasi
Pembastaran adalah perkawinan antara varietas dalam satu species
Gen Dominan
Gen yang menang pengaruhnya dari alelanya. Memakai symbol dengan huruf besar
Gen Resesif
Gen yang kalah pengaruhnya dari gen alelanya memakai symbol huruf kecil
Gen Intermediet
Gen yang kalah pengaruhnya sama kuat dengan alelanya. Bebas untuk menentukan mana yang akan memakai huruf besar asal alelanya memakai huruf yang sama tetapi huruf kecilnya.

Gregor Johan Mendel (1822 – 1884 ) disebut juga bapak genetika. Dalam percobaannya mendel menggunakan  tanaman kacang kapri atau ercis (Pisum Sativum) karena tanaman kacang kapri memiliki siklus hidup yang tidak lama, mudah disilangkan, memiliki bunga sempurna serta tidak memiliki  tujuh sifat yang mencolok

HUKUM MENDEL I (Segregasi Bebas)
‘’Ketika berlangsung pembentukan gamet pada individu, akan terjadi pemisahan alel secara bebas”
persilangan mnohibrid
Backcross adalah menyilangkan atau mengawinkan individu hasil hibrida ( F1 ) dengan salah satu induknya. Tujuannya untuk mengetahui genotipe induknya ( parental )
Contoh : sifat tinggi batang pada kacang kapri
persilangan backcros
TESTCROSS adalah menyilangkan individu F1 dengan salah satu induknya yang homozigot resesif, tujuannya untuk mengetahui apakah individu F1 itu homozigot ( galur murni ) atau heterozigot .
persilangan testcros
INTERMEDIAT adalah semidominan atau kodominan)adalah penyilangan dengan satu sifat beda, namun sifat dominan tidak mampu menutupi sifat resesif sehingga muncul sifat di antara keduanya.
persilangan intermediate
Keterangan : Warna  merah muda disebabkan oleh sifat M yang tidak dominan terhadap m, ataupun  sifat m yang tidak resesif  terhadap M, sifat demikian disebut intermediat.

HUKUM MENDEL  II (Hukum Asortasi atau Pengelompokkan Gen Secara Bebas)
“Pada saat pembentukan gamet, gen – gen sealel akan mengelompok secara bebas”
Picture1.png
Gamet – gamet dari BbKk (BK,Bk, bK, bk) dapat berpasangan secara bebas  (hukum mendel II) sehingga F2  dapat dianalisis dengan sistem papan catur ( Punnet Square ) seperti berikut :
Gamet
BK
Bk
bK
Bk
BK
BBKK 1
BBKk  2
BbKK   3
BbKk  4
Bk
BBKk  5
BBkk 6
BbKk 7
Bbkk 8
bK
BbKK 9
BbKk  10
bbKK  11
bbKk  12
bk
BbKk  13
Bbkk  14
bbKk  15
bbkk16
Rasio fenotipe F2 = bulat kuning : bulat  hijau : keriput kuning  :  keriput hijau
9          :      3             :          3                 :      1

Macam gamet, jumlah gamet, dan jumlah macam fenotip
Jumlah sifat beda
Macam gamet pada F1
           Jumlah macam ga pada F2
Macam fenotip pada F2
Perbandingan fenotipe pada F2
seluruhnya
homozigot
heterozigot
1
21 = 2
31= 3
21 = 2
3 – 2 = 1
21 = 2
 3 : 1
2
22 = 4
32= 9
22 = 4
9 – 4 = 5
22 = 4
9:3:3:1
3
23= 8
33= 27
23 = 8
27 – 8 = 19
23 = 8
27 : 9 : 9: 9 : 3 : 3 : 3 : 1
n
2n
3n
2n
3n – 2n
2n

Tidak ada komentar:

Posting Komentar